Surabaya | Jurnalpagi.id – Anggota Komisi A DPRD Kota Surabaya, Josiah Michael menilai, pengendalian banjir di kota Surabaya perlu mekanisme yang lebih komplek, tidak bisa dilakukan secara parsial dan bukan hanya sekedar membuat gorong-gorong, ataupun melakukan pengerukan semata.
Politisi PSI mengatakan harus dilakukan pemetaan secara detail disetiap wilayah, mengingat kontur wilayah Surabaya yang beraneka ragam, sehingga memerlukan penanganan yang beragam pula.
“Tantangan Surabaya dalam menangani banjir bukan hanya masalah daerah resapan, tetapi juga tingginya pemakaian air tanah dan permukaan air laut ketika pasang,” ujarnya di Surabaya, Kamis (07/04/22).
Ia menjelaskan, saat ini Surabaya sangat memerlukan RTB (Ruang Terbuka Biru) untuk menampung banjir. Terutama dari perumahan -perumahan, supaya limpahan air hujan dari perumahan tidak langsung masuk, dan membebani saluran air diluar komplek.
Selain perumahan, kata Josiah, dikampung-kampung juga sama dan bisa memanfaatkan lahan BTKD untuk RTB ini dan tentunya untum ukran dan besarannya perlu kajian lebih dalam lagi. Selama ini kita hanya berfokus ke daerah resapan, area RTH, tapi tidak fokus ke penampungannya.
“BPB sementara ini juga belum dilibatkan secara optimal dalam penanganan banjir, padahal banjir juga merupakan sebuah bencana, jadi ketika banjir para anggota BPB harus turun ke kantong-kantong banjir untuk membantu masyarakat dan memberikan bantuan penanggulangan banjir sementara,” terang Josiah.
Dirinya kembali mengatakan, saat ini sudah saatnya kita mengecek juga bangunan-bangunan tinggi di Surabaya, sesuai perwali 14 tahun 2018 tentang Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung, setiap bangunan gedung berkewajiban untuk emnampung air hujan sebelum menyalurkan ke drainase kota.
“Nah sudah berfungsi dengan benar apa gak itu. Kita berharap Surabaya bisa terbebas dari banjir,”pungkasnya.(dbs/fry)
No comments yet.