JurnalPagi.id – Sepanjang 2021, PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL) membukukan laba bersih senilai Rp508,88 miliar atau mengalami kenaikan dibanding 2020 yang senilai Rp364,93 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan MTDL yang dikutip Selasa (29/3), peningkatan laba bersih tersebut ditopang oleh kenaikan jumlah pendapatan bersih di 2021 yang menjadi Rp18,5 triliun dari Rp14,02 triliun pada 2020.
Seiring dengan kenaikan jumlah pendapatan, MTDL mencatatkan nilai beban pokok pendapatan di sepanjang tahun lalu sebesar Rp16,99 triliun atau jauh lebih tinggi dibanding pada 2020 yang sebesar Rp12,76 triliun. Sehingga, laba bruto untuk Tahun Buku 2021 menjadi senilai Rp1,51 triliun.
Sementara itu, jumlah laba sebelum pajak untuk periode yang berakhir 31 Desember 2021 tercatat sebesar Rp983,48 miliar atau mengalami kenaikan dibanding periode yang sama di 2020 senilai Rp703,33 miliar.
Dengan adanya beban pajak penghasilan (neto) untuk Tahun Buku 2021 yang sebesar Rp221,64 miliar, maka laba tahun berjalan MTDL pada tahun lalu menjadi senilai Rp761,83 miliar.
Adapun besaran laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk untuk periode yang berakhir 31 Desember 2021 adalah sebesar Rp508,88 miliar. Pada 2020, MTDL hanya membukukan laba bersih senilai Rp364,93 miliar.
Per 31 Desember 2021, total liabilitas MTDL tercatat melambung menjadi Rp3,67 triliun dibanding posisi per 31 Desember 2020 yang senilai Rp2,43 triliun. Sedangkan, total ekuitas hingga akhir Desember 2021 sebesar Rp3,92 triliun atau mengalami kenaikan dibanding per akhir Desember 2020 yang sebesar Rp3,42 triliun.
Dengan demikian, total aset MTDL hingga akhir Desember 2021 tercatat meningkat sebesar 29,74 persen menjadi Rp7,59 triliun dari posisi per akhir Desember 2020 yang hanya sebesar Rp5,85 triliun.
Peningkatan pendapatan MTDL di 2021 sebesar 31,95 persen (year-on-year) menjadi Rp18,5 triliun tersebut telah berdampak pada peningkatan total aset maupun liabilitas per 31 Desember 2021, terutama karena adanya kenaikan piutang usaha sebesar Rp755,2 miliar yang sebesar 78,4 persen piutang usaha belum jatuh tempo.
Selain itu, karena adanya peningkatan persediaan sebesar Rp1,1 triliun atas barang-barang yang sebagian besar diterima mendekati akhir 2021 dan belum dikirim ke pelanggan. Serta, adanya kenaikan utang usaha sebesar Rp808,4 miliar, sejalan dengan adanya kenaikan pembelian barang dagangan. (*)
No comments yet.