Betapa tidak sedikit Oleh akibat kefanatikan kepemelukan agama,peperangan (pembunuhan, pemerkosaan, penghinaan harkat-martabat manusia) atas nama kebenaran agama telah menjadi banyak bukti terjadi dimuka bumi.
Andaikan rumput, gunung, bukit, batu, tanah, pohon, hewan dan lain dapat berbicara, ia dapat bercerita bahwa; Oleh akibat kefanatikan kepemelukan agama, ribuan nyawa anak manusia menjadi korban sia-sia kebiadaban atas nama kebenaran agama.
Agama penyebab utama banyak manusia dibunuh. Agama menyebabkan telah banyak korban manusia menjadi sia-sia.
Demikianlah contoh di Ambon, agar kita tidak jauh-jauh menyebut Bosnia atau Perang Salib pada masa silam.
Demikian baikkah agama sesungguhnya? Pasti ada yang membela agama, dengan
mengatakan bahwa yang salah bukan agama tapi manusia sebagai pemeluk agamanya.
Herankah kita oleh ulah kefanatikan pemeluk agama, ratusan bahkan ribuan angka yang diberikan oleh Dewan Gereja Indonesia, pembakaran Gereja oleh kaum pemeluk fanatik Islam yang melakukan pembakaran, terutama menjelang Hari Raya agama Nasrani; Natal dan Paskah?
Bahkan termasuk Pendetanya mendapatkan nasib sial, yang terjadi sejak zaman Soeharto berkuasa?
Hal demikian di Indonesia (negara yang membanggakan diri sebagai negara demokratis), sampai dengan pemerintahan yang berkuasa sekarang, perlindungan terhadap rakyat pemeluk agama dianggap lebih parah dan paling buruk.
Perlindungan kaum pemeluk agama bukan agama mainstream sangat kurang oleh pemerintah Indonesia, menjadi alasan benar kekerasan oleh agama menyebabkan banyak korban sia-sia, oleh akibat kepemelukan agama yang fanatik buta.
Semua ini menjadi contoh keburukan agama atau oleh akibat kepemelukan fanatik buta pemeluk agama.
Kalau begitu kenapa kita mau mempercayai agama sebagai baik? Hanya agama sajakah yang membawa kita pada kebaikan, harapan dan tujuan hidup, termasuk Perjuangan penegakan kebebasan Papua bangkit? Menurut saya tidak !
Relegi Melanesia Asli (baca Adat Budaya) betapapun dianggap palsu dan rendah oleh agama dapat membawa juga kebaikan, tujuan dan harapan, asalkan kita tidak membakar hangus Adat kita.
Kita dapat berpedoman sebagai penuntun arah, tujuan, alamat, signal, menuju pada obyek kepercayaan untuk mencapai hidup bahagia, hidup ada magna, hidup berarti, akhirnya sebagai semangat pemersatu dalam melakukan perlawanan dibawah payung Papua Bangkit.
Agama sesungguhnya kepercayaan pada obyek transendental, diluar dari kenyataan disini.
Agama adalah kepercayaan pada hal-hal yang bersifat eskatologi (Sorga, Neraka, Tuhan, Maikat, Setan dan juga Iblis) yang tidak dapat dibuktikan oleh panca indera dan akal manusia siapapun di dunia.
Kita dianjurkan oleh agama mempercayai begitu saja, tanpa pernah merasa benar, atau sudah merasakan bagaimana sorga, atau panasnya api neraka itu.
Karena itu agama sesungguhnya juga adalah idealisme, idealisme yang memproses terus untuk
memberi janji, janji hidup manis sorga dengan para bidadari dan ketakutan akan api neraka, tanpa pernah kita tahu persis benar ada atau tidak tempat itu.
Bahkan dimana letak tempat-tempat itu beserta Sang Pembuat dan Pemilik Tempat itu (Tuhan).
Siapa saja manusia tidak tahu, kecuali kembali kepada mitos (percaya). Agama adalah suatu sistem kepercayaan tanpa pernah kita mengalami benar-benar kebenaran ceritera semua itu.
Dogma kepercayaan agama terus ditanamkan (indogtrinasi), oleh para ulama, pendeta dan pastor dari sejak kita belum lahir sampai kita mati,
Ustadz Ismail asso
Pimpinan pondok pesantren Al-Hidayah Firdaus asso koyo Koso Jayapura Papua
No comments yet.