Redaksi • Mei 05 2022 • 433 Dilihat
JurnalPagi.id | Setiap Memperingati Proklamasi Kemerdekaan negara kita pada 17 Agustus maupun setiap upacara resmi selalu dinyanyikan lagu Indonesia Raya: “Bangunlah jiwanya bangunlah badannya untuk Indonesia Raya”. Sepenggal lagu Indonesia Raya yang didalamnya menyerukan untuk membangun jiwa dan badan.
“Membangun jiwa inilah yang pertama dan diutamakan, dan sangat sukar untuk dibangun karena untuk membangunnya ada pada setiap diri kita,” Kata Ustadz Ismail Asso selaku Pimpinan pondok pesantren Al-Hidayah Firdaus asso koyo Koso Jayapura Papua, Kamis (5/5/2022).
Ustadz Ismail asso juga mengatakan Setiap nyawa manusia terdiri dari aspek rohani dan jasmani. Manusia tak dapat dianggap manusia jika rohnya tidak ada. Manusia tanpa roh dinamakan mayat. Artinya tanpa roh manusia tidak hidup. Manusia mati dan jasad akan membusuk. Karena itu pembangunan aspek ini didahulukan dalam arti diarahkan ke hal yang baik berguna sesuai penghayatan individu masing-masing.
Ia juga mengatakan Jiwa sifatnya privat dapat dibangun melalui spritual didalamnya ada penghayatan nilai-nilai lokal (religi lokal) maupun translokal seperti agama. “Otsus Papua dengan kucuran uang bernilai trilyunan rupiah pemerintah Propinsi Papua dan Seluruh Kepala Daerah Tk II telah menyalurkan pembangunan aspek spritual (jiwa) melalui dana Hibah pada setiap lembaga Sosial agama,” ujarnya kepada jurnalpagi.id.
Pembangunan dibidang jiwa secara umum ada dalam bidang agama dan pemerintah membantu pembangunan tempat Ibadah dimana-mana semarak diseluruh pelosok Papua.
Namun, sangat disayangkan alokasi dana anggaran bagi pembangunan atau renovasi Honai Adat Lokal tidak diusulkan sehingga setiap DPRP Tk II belum pernah ketuk palu untuk pembangunan aspek jiwa atau rohani lokal yang masih dihayati rakyat Papua untuk dapat mengembangkannya atau dijadikan sebagai meseum hidup seperti di Wesagaput zaman Bupati JB Wenas dulu.
Sebaliknya Orang Papua digiring masuk lalu diarahkan ke agama imprort dari luar karena diakui negara. Karena itu alokasi dana anggaran pembangunan spritual nilai hidup yang dapat dihayati oleh rakyat Papua perlu diperhatikan seluruh Bupati dan Walikota se-Papua/Barat.
Pembangunan aspek ini (jasmani/badan) yang paling mendasar adalah makan dan minum. Kebutuhan dasar (primer) manusia paling utama adalah makan dan minum. Manusia tak mungkin dapat bertahan hidup tanpa makan dan minum. Tanpa makan manusia tidak mungkin secara sehat jasmani percaya Tuhan secara benar dan baik.
“Guna menyediakan kebutuhan primer ini Pemerintah hendaknya menumbuh-kembangkan para Sarjana Pertanian dan masyarakat lokal yang memang tradisinya bertani diterjunkan langsung ke masyarakat kearah aspek pengembangan pertanian budi daya makanan lokal dan tanaman pangan baru misalnya penanaman budi daya beras, gandum, sagu dan ubi jalar,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Ia mengatakan Ketersediaan pangan sebagai kebutuhan pokok untuk masyarakat Jayawi Jaya telah lama mengembangkan tanaman tradisional Ubi Jalar sebagai makanan pokok. Demikian kebutuhan penanaman pohon sagu dll.
“Swasembada pangan Indonesia pernah jaya pada masa Presiden Soeharto diakui dunia karena keberpihakan negara pada sektor ini (pertanian). Anggaran negara pada sektor pertanian perlu diperhatiakan Pemerintah Kabupaten Jayawi Jaya sebagai pusat atau lumbung pertanian dan sayur mayur,” Tuturnya.
Kebutuhan pangan lokal dan antar Kabupaten serta Propinsi dapat dikembangkan setiap Kabupaten maka ketahanan pangan dapat mengurangi ketergantungan daerah dari hasil impor dari luar yang sangat mahal harganya.
Saat ini di Kota Wamena terlihat hampir seluruh kebutuhan dasar misalnya peternakan ayam potong seluruhnya diimport dari luar menyebabkan harga sangat mahal. Contoh seekor ayam potong (populer ayam kulkas) Kota Wamena harganya Rp: 85. 000; /kg. Terbilang: Delapan puluh lima ribu. Ini terlalu mahal untuk kota kecil seperti Wamena. Belum lagi aspek kesehatan apakah ayam potong (kulkas) yang dikirim dari luar memakan waktu berhari-hari tentu perlu pengawet seperti Formalin.
“Ini bisa berbahaya bagi kesehatan rakyat Papua khususnya Kabupaten Jayawi Jaya oleh sebab semua barang import harus melalui lembaga POM agar rakyat terhindar bahaya kandungan kimia dalam konsumsi bahan import seperti ayam kulkas,” tandas Ustadz Ismail.
Ayam kulkas sebagai salah satu contoh dari banyak bahan makanan import lain harus diperhatikan Pemerintah Propinsi dan Kabupaten seluruh Papua dan Papua Barat.
“Disini yang dibutuhkan peran DPRD Tk I dan II dalam hal regulasi (aturan) sehingga ketergantungan daerah pada kebutuhan dasar makan minum orang Papua hasil import dengan biaya sangat mahal harus diakhiri melalui Peraturan Daerah,” Pungkasnya.
Jurnalpagi.id | Surabaya Gerakan Siswa Nasional Indonesia (GSNI) DPC Surabaya Pada Sabtu, (27/10/202...
Jakarta, jurnalpagi.id – Anies Baswedan menngantongi tiket pemilihan presiden (Pilpres) 2024, ...
Papua – Didalam sistem birokrasi Daerah Propinsi Baru (DOB) Propinsi Papua Pegunungan tidak bo...
Penulis : Anugrah PrasetyoSatu Jari Indonesia Kesuksesan “blusukan” kader Partai politik ke temp...
Penulis : Anugrah PrasetyoAktifis Sosial Kota Surabaya Perpolitikan di daerah ketika kita menjumpai ...
Penulis : Anugrah PrasetyoAktifis Sosial Kota Surabaya Jiwa pemimpin merupakan salah satu aspek pent...
No comments yet.