Jakarta, Jurnalpagi.id – Bahkan Alienasi di Wamena lebih gawat karena orang Wamena secara habis-habisan dicekoki (mohon maaf) Agama satu satunya penyelamat hidup rakyat Jayawijaya,
seakan manusia Lembah Baliem Jayawijaya dijauhkan dari akar budaya warisan leluhur masa lalu mereka dipaksa secara bulat-bulat menerima agama, demikian gejala orang Papua di Propinsi seakan NKRI harga mati satu-satunya penyelamat hidup orang Papua, ungkapnya,Jayapura Papua (23/5/2022)
“Ia juga mengatakan, jaminan hidup, Papua dan Papua barat semacam agama baru kepemelukannya karena itu Haris dipaksakan kepada Rakyat Papua di Propinsi Papua dan Papua Barat.
Sebagai dampak buruk bagi orang Papua saat ini bisa diamati sedang menggejala gejala baru dan lain, gejala ALIENASI, devrivation, dislocation.
,”Hari ini manusia – manusia Papua menjadi aneh tak bosan bicara NKRI harga mati, padahal kita Indonesia sudah puluhan (1945) sudah lama merdeka, tapi Papua dan orang Papua mungkin hanya satu-satunya di Indonesia wacana dan nilai jual diri harga paling laku dan laris serta bisa mahal adalah bicara wacanakan NKRI harga mati,
“NKRI bagi rakyat Papua, lama-lama semacam piranti baru, bahkan menggantikan posisi agama. Orang Papua dipaksa secara habis-habisan percaya NKRI harga mati semacam agama baru. Ujarnya,
Demikian masyarakat Jayawijaya para Muballigh dan Para Pendeta secara habis-habisan meyakinkan agama bagaimana Yesus dan Muhammad atau Arab dan Israel apa, bagaimana, dimana dan mengapa anak-anak generasi Papua lebih paham daripada nilai-nilai warisan leluhur kebudayaan mereka sendiri, kata
Ismail Asso ,kepada wartawan jurnalpagi.id (23/5/2022)
“Seakan manusia Jayawijaya menjadi aneh, tidak kenal diri, tidak tahu lagi siapa dirinya, lama-lama tidak punya harga diri, tidak kenal diri, tidak tahu diri akibat dicekoki bahwa satu-satunya jalan hidup hanya agama semitisme dengan mengabaikan nilai-nilai luhur warisan nenek moyang mereka yang bernilai par exalance, dan tidak kurang nilai keutamaannya itu dibabat habis dimusnahkan agar percaya sepenuhnya pada ajaran Nabi Muhammad dan Yesus Kristus.
Dampaknya manusa Jayawijaya yg saya amati krisis identitas atau bahasa Vidhyandika D Perkasa (Peneliti Senior Departemen Politik dan Perubahan Sosial, CSIS, Jakarya) ALIENASI sosial politik dan budaya (secara sekaligus) sedang berlangsung gejalanya saat ini.
Semua ini boleh jadi penyebabnya Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Prof Azyumardi Azra, Prof saya juga), beliau menyebut sebagai akibat Pemerintah Pusat saat ini tidak lagi reformis, lebih cenderung RESENTRALISASI atau terlalu berlebihan intervensi kewenangan Daerah sebagai Wilayah Otonomi Papua.
No comments yet.