SURABAYA | JURNALPAGI.id – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mendorong Organisasi Pengelola Program Pesantrenpreneur (OPOP) untuk terus memperkuat dan mengembangkan potensinya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memanfaatkan inovasi digital.
Khofifah mengatakan, pesantren memiliki potensi luar biasa, baik yang dimiliki santrinya, pesantrennya, maupun alumninya. Oleh karena itu, OPOP perlu terus dioptimalkan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat pesantren.
Salah satu potensi yang bisa dikembangkan OPOP lewat inovasi digital adalah dengan memiliki divisi di bidang coding/pemrograman. Hal ini didukung dengan banyaknya penghafal Al-Qur’an (hafidz hafidzah) yang ada di pesantren.
“Para penghafal Al-Qur’an memiliki kemampuan menyimpan memori yang luar biasa. Bila mereka dilatih dengan ilmu coding, maka mereka akan menjadi ahli di bidang tersebut,” ungkapnya
Selain itu, pengembangan inovasi OPOP juga akan didukung dengan ekosistem pendidikan di Jatim. Dimana, dua perguruan tinggi terkemuka dari luar negeri yakni King’s College London (KCL) dan Western Sydney University (WSU) akan membuka kampusnya di Jatim.
KCL akan membuka program studi Digital Economy di KEK Singhasari mulai September 2024. Sementara, WSU akan membuka beberapa prodi terkait digital innovation mulai September 2024. Kampus WSU tahap pertama ini akan berlokasi di Pakuwon Tower Surabaya.
“Keberadaan OPOP dapat menjadi upaya memberseiringkan antara dakwah bil mal dan jihad bil mal. Dimana tiga pilar OPOP yakni santripreneur, pesantrenpreneur, dan sosiopreneur menjadi satu kesatuan yang bisa mengantarkan keberdayaan ekonomi dan menguatkan dakwah bil mal dan jihad bil mal,” pungkas Khofifah.
Khofifah berharap para peserta OPOP untuk tidak mudah menyerah dan berkecil hati dalam mencari peluang. Ia yakin, produk-produk pesantren memiliki potensi yang cukup besar untuk bersaing di pasar dalam negeri maupun luar negeri.
No comments yet.