Pasuruan Jurnalpagi.id – Ketua DPD Pemuda Tani Jawa Timur, Ghufron Ahmad Yani, melakukan studi banding selama enam hari ke Malaysia untuk mempelajari pengembangan perkebunan durian modern dari hulu hingga hilir.
Dalam kunjungan tersebut, Gus Yani—sapaan akrabnya—menjelajahi sejumlah lokasi penting, mulai dari The Kebun Tengkek Kuala Pilah, Fresco Green SDN BHD Raub Pahang, hingga berbagai perkebunan durian unggulan di kawasan Pahang.
Kegiatan ini tidak hanya fokus pada aspek budidaya (on farm), tetapi juga mencakup industri pengolahan, strategi pemasaran, serta sistem bisnis durian modern yang berkembang pesat di negeri jiran tersebut.
Gus Yani tidak berangkat sendiri. Ia didampingi H. Sholahuddin Perdana, praktisi sekaligus owner De King Durian Perkasa Lamongan—salah satu perkebunan durian modern terbesar di Jawa Timur. Keduanya berdiskusi dan melakukan observasi bersama berbagai pihak, mulai dari akademisi, praktisi, hingga pelaku bisnis durian Malaysia.
“Durian ini adalah buah dengan nilai ekonomi tinggi dan pasar yang terbuka lebar. Pemuda harus melihat ini sebagai prospek masa depan yang cerah,” ujar Gus Yani, Kamis (16/10).
Menurutnya, Malaysia menjadi contoh nyata bagaimana durian bisa menjadi komoditas bernilai tinggi dengan hasil ekonomi yang signifikan dari setiap pohonnya.
“Saya melihat sendiri, durian premium seperti Musang King, Duri Hitam (Black Thorn), Ochee, Tupai King, hingga Musang Queen (TK) memiliki perputaran uang luar biasa. Satu pohon berusia enam tahun bisa menghasilkan belasan hingga puluhan ribu ringgit. Ini bukti bahwa durian adalah komoditas yang menjanjikan,” jelasnya.
Meski begitu, Gus Yani optimistis bahwa Indonesia memiliki potensi yang tak kalah besar. Semua jenis pohon durian dapat tumbuh dengan baik di tanah Indonesia, bahkan dengan kualitas buah yang tidak kalah dengan negara penghasil durian lainnya.
“Kita ini negeri dengan anugerah luar biasa. Semua jenis durian premium bisa tumbuh di Indonesia—mulai dari Musang King, Duri Hitam, Monthong, hingga Bawor. Ini peluang emas bagi generasi muda untuk terjun ke sektor pertanian modern,” tegasnya.
Ia juga mencontohkan keberhasilan H. Sholahuddin Perdana dalam mengelola De King Durian Perkasa Lamongan yang telah mencatatkan omzet miliaran rupiah dalam sekali panen.
“Contohnya sudah ada. Ini bukti bahwa pertanian bukan sektor kuno, tapi masa depan yang cerah jika dijalankan dengan ilmu dan manajemen modern. Ini semangat agropreneur yang harus kita tularkan ke anak muda,” tutupnya.(Wan/Adi)
No comments yet.