JurnalPagi.id – Sepanjang tahun lalu PT Samindo Resources Tbk (MYOH) berhasil mencatatkan kinerja yang apik pada sisi bottom line meski pendaptannya turun.
Adapun laporan keuangan tahunan perusahaan seperti dikutip KONTAN akhir pekan lalu pekan lalu menunjukkan MYOH berhasil membukukan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih sebesar US$ 26,92 juta di tahun 2021, naik 19,62% jika dibandingkan dengan raihan laba bersih MYOH di tahun 2020 yang sebesar US$ 22,50 juta.
Pertumbuhan laba itu didapat justru saat pendapatan MYOH mengalami penurunan. Tercatat, pendapatan MYOH turun 7,38% secara tahunan atau year-on-year (yoy) dari semula US$ 173,47 juta di tahun 2020 menjadi US$ 160,66 juta di tahun 2021.
Menurut Kepala Hubungan Investor MYOH, Ahmad Zaki Natsir, penurunan pendapatan disebabkan oleh adanya pengurangan volume pemindahan batuan penutup (overburden removal) dari panduan semula. Meski begitu, MYOH berstrategi melakukan sejumlah upaya efisiensi. Beberapa contoh langkah konkretnya seperti dengan menekan kecelakaan kerja.
“Imbasnya pemakaian spare part dapat dihemat, waktu standby juga dapat dikurangi, jadi konsumsi bahan bakar juga dapat ditekan. Lalu sejak tahun lalu kami juga sudah mulai mengurangi pemeliharaan alat berat melalui pihak ketiga, tahun ini kami terus tingkatkan porsi pemeliharaan mandiri, jadi biaya pemeliharaan kepada pihak ketiga dapat ditekan,” jelas Zaki.
Mengintip laporan keuangan MYOH, biaya pokok pendapatan MYOH turun 12,62% yoy menjadi US$ 120,18 juta di tahun 2021. Sebelumnya, biaya pokok pendapatan MYOH mencapai US$ 137,54 juta di tahun 2020.
Sementara itu, biaya umum dan administrasi serta biaya keuangan MYOH kompak naik. Tercatat, beban umum dan administrasi MYOH naik 5,20% yoy dari semula US$ 7,55 juta di tahun 2020 menjadi US% 7,95 juta di tahun 2021. Sementara itu, biaya keuangan MYOH naik 14,15% yoy dari semula US$ 39.333 di tahun 2020 menjadi US$ 44.902 di tahun 2021.
Zaki berujar, MYOH optimistis bahwa industri batubara secara keseluruhan memiliki prospek yang baik di tahun 2022. MYOH berpandangan, transformasi energi ke arah energi baru terbarukan (EBT) masih memerlukan waktu, sehingga negara-negara yang mengalami krisis energi pada akhirnya masih akan menggunakan batubara.
Di sisi lain, MYOH juga melihat bahwa konflik perang Rusia VS Ukraina dan juga kurangnya pasokan gas ke negara sekutu Amerika Serikat (AS) berpotensi meningkatkan penggunaan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
Di tahun 2022 ini, MYOH optimistis mengejar target overburden removal 38 juta bank cubic meter (bcm), target pengambilan batubara atau coal getting 8,5 juta ton, dan target pengangkutan batubara atau coal hauling 27 juta ton.
Sebagai pembanding, di tahun 2021, MYOH mencatatkan realisasi overburden removal sebesar 36,9 juta bcm, coal getting 11,3 juta ton, dan coal hauling 27,8 juta ton.
Dari sisi kinerja keuangan, MYOH membidik target pendapatan US$ 155,7 juta dan target laba bersih US$ 22,8 juta di tahun 2022. Zaki berujar, MYOH mempertimbangkan beberapa hal dalam mencanangkan target keuangan ini. (*)
No comments yet.